Minggu, 25 Januari 2015

KARYA ILMIAH REMAJA
“PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK”
 

  

DISUSUN OLEH :
CHELSI INRIYANI VIIIC

SMP NEGERI 4 KLATEN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh negara didunia. Sampah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup. Pengahasil sampah terbesar didunia adalah manusia. Sampah - sampah yang dihasilkan manusia ini diangkut oleh truk - truk khusus dan dibuang ditempat yang sudah disediakan. Sampah sampah itu ditumpuk hingga menjadi bukit sampah.
Sampah yang menumpuk itu akan mengganggu masyarakat. Karena baunya yang menusuk. Selain baunya yang menusuk, sampah juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Tetapi, selain sampah dapat merugikan, sampah juga ada manfaatnya. Sampah dapat diubah menjadi bahan yang lebih bermanfaat.
B.    RUMUSAN MASALAH
ü  Pengertian sampah
ü  Prinsip pengolahan sampah
ü  Pengolahan sampah organik
ü  Kelebihan mengolah sampah organik
ü  Kekurangan mengolah sampah organik
C.    TUJUAN
ü  Mengurangi sampah dimuka bumi
ü  Menjadikan sampah menjadi barang barang yang lebih bermanfaat
ü  Mencegah kerusakan lingkungan
D.    MANFAAT
ü  Dapat menjadikan sampah menjadi bahan yang lebih bermanfaat.
ü  Dapat mengurangi sampah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN SAMPAH
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Jadi dapat dirumuskan sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari hari masyarakat. Sampah padat pada umumnya dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1.     Sampah organik ( sampah basah )
Sampah organik merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai lagi dan dibuang oleh pemilik sebelumnya. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan ( dekomposisi ) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau ( sering disebut kompos ). Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami.
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan bahan organik, daun daunan, jerami, alang alang, rumput dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
2.     Sampah anorganik ( sampah kering )
Sampah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui atau dari proses industri. Yang merupakan sampah anorganik adalah tas plastik dan botol kaleng.

B.    PRINSIP PENGOLAHAN SAMPAH
Dalam pengolahan sampah dapat diterapkan beberapa prinsip, yaitu :
ü Reduce ( mengurangi )
Sebisa mungkin meminimalisasikan barang atau material yang kita gunakan.
ü Reuse ( menggunakan kembali )
Sebisa mungkin, pilihlah barang barang yang bisa dipakai kembali. Hindari barang barang yang sekali pakai, buang ( disposable ).
ü Recyle ( mendaur ulang )
Sebisa mungkin mendaur ulang barang barang yang sudah tidak beguna. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
ü Replace ( mengganti )
Teliti barang yang kita pakai sehari hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.

C.    PENGOMPOSAN
Pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai, karena sebagian besar sampah didunia adalah sampah organik. Pengomposan dapat mengendalikan bahaya pencemaran yang mungkin terjadi dan menghasilkan keuntungan. Pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan tambahan.
Pengomposan  merupakan penguraian dan pemantapan bahan bahan organik secara biologis dalam suhu tinggi dengan hasil akhir berupa bahan yang cukup bagus untuk diaplikasikan ketanah.
Pengomposan secara aerobik sering digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme didalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegrasi bahan organik.
Setiap bahan organik  bahan bahan hayati yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi. Daun daun yang gugur ke tanah, bantang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan dan sebagainya akan mengalami dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat kehitaman. Wujud semula tidak dikenal lagi.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba ( jasad renik ), seperti bakteri dan jamur akan terurai menjadi hara yang lebih senderhana dengan bantuan manusia. Maka produk akhirnya adalah kompos ( compost ).
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia ( perantara ) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil rombakan itu disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan pembenah tanah.
Keunggulan kompos :
ü  Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara
ü  Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih lama dan mencegah terjadinya kekeringan tanah
ü  Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara
ü  Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah sepertt cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.
ü   
D.    KELEBIHAN PEMBUATAN KOMPOS
Beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga :
ü  Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan
ü  Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan disekitar tempat tinggal
ü  Membantu pengolahan sampah secara dini dan cepat
ü  Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tenpat pembuangan akhir ( TPA )
ü  Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuang akhir ( TPA )
ü  Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
E.    KEKURANGAN PEMBUATAN KOMPOS
ü  Unsur hara relatif lama diserap tumbuhan
ü  Pembuatannya lama
ü  Sulit dibuat dalam skala besar



BAB III
PENUTUPAN
A.    KESIMPULAN
Dengan demikian, sampah tidak hanya merugikan bagi manusia. Sampah juga dapat menguntungkan  jika manusia mau mengolahnya. Sebagai contoh adalah sampah organik bisa diolah menjadi kompos. Kompos dapat menjadi pupuk yang murah dan ramah lingkungan.
B.    SARAN
Saran yang dapat  kami berikan :
1.     Kita dapat mengurangi tumpukan sampah dengan cara  mengolah sampah menjadi barang lebih bermanfaat.

2.     Kita harus tetap menjaga lingkungan agar terbebas dari sampah.

Rabu, 14 Januari 2015

Biografi Mario Teguh


Biografi Mario Teguh
Orientasi :
Mario Teguh yang nama aslinya adalah Sis Maryono Teguh adalah seorang motivator dan inspirator Indonesia. Dia dilahirkan di Makasar pada tanggal 5 Maret 1956 dari pasangan suami istri Gozali Teguh dan Siti Maria. Mario Teguh memiliki istri yang bernama Linna Mario Teguh dan memiliki dua orang anak yang bernama Audrey Teguh dan Marco Teguh.
Mario Teguh pernah belajar di Jurusan Arsitektur New Trier West High (setingkat SMA) di Chingcago, Amerika Serikat pada tahun 1975. Ia juga mendapat gelar sarjana Pendidikan dari IKIP Malang. Awalnya Mario Teguh adalah seorang profesional di Citibank dan sebagai Head of Manager di BIMC, Zamre Ab. Wahab. kemudian ia mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal Corp. menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer) dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunitas Mario Teguh Super Club (MTSC).
Awalnya orang mengira Mario Teguh seorang non Muslim karena ia selalu memakai jas dan selalu menggunakan kata “Tuhan” tetapi saat diwawancarai di televisi beliau mengatakan bahwa beliau adalah seorang Muslim, dan itu semua adalah keunikan yang memang beliau ciptakan agar orang lebih gampang mengingat beliau.
Peristiwa dan Masalah :
            Pada tahun 2006, Mario Teguh berhasil menulis buku yang berjudul Becoming a Star dan One Million Second Chances. Pada tahun 2009, Mario Teguh juga berhasil menulis buku yang berjudul Life Changer dan Leadership Golden Ways .
Pada tahun 2003 Mario Teguh mengadakan seminar yang berhadiah mobil. Itu adalah seminar berhadiah mobil pertama yang pernah ada di Indonesia. Karena itulah MURI menghadiahkan penghargaan kepadanya sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia. Selain itu, Mario Teguh juga terpilih sebagai salah satu dari 8 Tokoh Perubahan 2009 versi Republika surat kabar yang terbit di Jakarta pada 4 Januari 2010. Penghargaan lain yang pernah diraih Mario Teguh adalah Meseum Rekor Indonesia sebagai motivator dengan halaman penggemar (page) Facebook terbesar di dunia pada tahun 2010. Penghargaan dari Museum Rekor Indonesia, MURI, sebagai motivator dengan Facebook fans terbesar di dunia pada tahun 2010 juga pernah diraih oleh Mario Teguh.
Setelah membawakan acara Mario Teguh Golden Ways, namanya mulai dikenal masyarakat. Pembawaannya yang tenang, santun dan selalu bertutur kata halus membuat banyak orang semakin terpesona padanya. Wajar jika kehadirannya di televisi selalu ditunggu orang. Saat ini Mario Teguh dianggap sebagai Motivator dengan bayaran termahal di Indonesia.
Reorientasi :
            “
Harapan adalah jembatan yang menghubungkan antara satu doa dengan doa-doamu yang berikutnya.Bersabarlah dalam harapan baikmu. Karena, harapan adalah tali kehidupan yang menghubungkanmu dengan Tuhan.”

            Kalimat tersebut adalah salah satu kalimat bijak Mario Teguh. Oleh karena itu, kita harus bangga karena kita memiliki seorang motivator hebat seperti Mario Teguh. Kita juga bisa mencontoh Mario Teguh, kita bisa menjadi orang yang tegas, berpendirian teguh, bijaksana  dan bisa memberi inspirasi kepada orang lain.

Senin, 15 Desember 2014

KEBERAGAMAN DI INDONESIA - SUKU DANI, SUKU MINAHASA, SUKU KAJANG

KEBERAGAMAN DI INDONESIA




DISUSUN OLEH :
CHELSI INRIYANI / 06 / 8C

SMP NEGERI 4 KLATEN
JL.Dr. Wahidin Sudiro Husodo no.26 Klaten 









KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan ramat dan hidayahNya kepada kita semua. Atas karuniaNya pula kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Selesainya tugas ini tidak lain adalah berkat dorongan dan bimbingan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Tanpa itu semua tugas ini tidak akan pernah terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis menghanturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Ibu Udi Sukma Handayani, Spd selaku guru PKn yang telah membimbing dan mendidik kami dengan sabar.
2.     Bapak dan Ibu yang telah memberikan dorongan untuk maju terus pantang mundur.
3.     Teman – teman semua.
Penulis menyadari sepenuhnya, masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Untuk penulis sangatlah membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaan tugas ini. Penulis sangatlah berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.


KLATEN, NOVEMBER 2014

PENYUSUN                

                                                                                                               
                                                                                                                   CHELSI INRIYANI    






Provinsi Sulawesi Utara
Suku Minahasa
a.   Sejarah Suku Minahasa
Minahasa berasal dari kata dasar “ESA” yang berarti “Satu”. Minahasa berkembang dari Malesung ,Maesaan,Minaesaan,Mahasa,Minahasa,yang pada intinya berarti “MENJADI SATU”.Istilah ini dipakai oleh sub-etnis Minahasa yang notabene hidup di ujung utara pulau Sulawesi,untuk pertama kali disebut “MINHASA”(Minahasa) pada abad XVII.
Jadi pada pengertian awal,nama “Minahasa” bukanlah nama etnis melainkan “persatuan” dari sejumlah suku / sub-etnis tersebut. Pada perkembangan selanjutnya,pengertian nama “Minahasa” berubah menjadi sebuah komunitas “Bangsa” atau “Etnis”. Sering kali etnis /bangsa/ suku-bangsa minahasa disamakan dengan “Orang Manado” (=orang dari ex Keresidenan Manado atau ex Afdeling Manado) atau Kawanua (orang atau teman sekampung).
Orang minahasa yang dikenal dengan keturunan Toar Lumimuut sekitar abad 1 (pertama) pemukiman leluhur terlebih dulu berdiam di sekitar pesisir Likupang, lalu berpindah ke pegununggan Wulur Mahatus, wilayah selatan Minahasa kemudian berkembang dan berpindah ke Nieutakan (daerah sekitar tompaso barusaat ini). Pada masa ini pemerintahan menggunakan sistem kerajaan. Seorang raja bertahta berdasarkan garis keturunan.Sejarah orang Minahasa umumnya di tulis oleh orang-orang asing yang datang ke tanah ini sebagian besar adalahmisionaris. Beberapa antaranya: Pdt.Scwarsch, J. Albt. T. SchwarzDr. JGF Riedel, Pdt. Wilken, Pdt. J. Wiersma. Terdapat tiga tokoh sentral terkait dengan leluhur orang Minahasa, yaitu LumimuutToar dan Karema.Karema, dimengerti sebagai "manusia langit", dan Lumimuut dan Toar adalah leluhur dan cikal bakal dari orang-orang Minahasa. Manusia awal di Minahasa yang berasal dari Lumimuut dan Toar, tempat semula dari Lumimuut dan Toar serta keturunannya disebut Wulur Mahatus. Kelompok-kelompok awal ini kemudian berkembangan biak dan bermigrasi ke beberapa wilayah di tanah Minahasa.Orang minahasa pada waktu itu dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu : Makarua Siow (2x9) : para pengatur Ibadah dan Adat Makatelu Pitu (3x7) : yang mengatur pemerintahan Pasiowan Telu (9x7) : RakyatPembagian golongan berdasarkan keturunan darah. Ketika hadir pemimpin yang semakin lama pemerintahan semakin korup dan sewenang-wenang, maka terjadilah revolusi rakyat yang menggulingkan pemerintahan monarki.

b.  Tata Cara Hidup Masyarakat Kota Manado
Tata cara hidup yang tradisional masyarakat Kota Manado adalah menyangkut kebiasaan hidup dan adat istiadatnya.
Kebiasan hidup dan adat istiadat masyarakat Kota Manado lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat daerah Minahasa, karena secara hukum adat Kota Manado adalah bagian dari Wilayah Minahasa.
Perkampungan
Pola perkampungan dari tiap-tiap kelurahan di wilayah Kota Manado pada umumnya terletak diatas tanah dataran, baik dataran tinggi maupun dataran rendah secara berkelompok padat. Kelurahan yang satu dengan kelurahan yang lainnya sambung-menyambung menjadi satu kesatuan mengikuti jalan raya maupun memanjang mengikuti jalan-jalan kecil dan juga lorong-lorong.

Penduduk Asli
Pembagian penduduk Kota Manado didasarkan atas kewarganegaraan, yaitu Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA). Penduduk asli Kota Manado terdiri dari delapan sub suku bangsa, yakni Tonsea, Tombulu, Tontemboan, Toulour Tonsawang, Pasan atau Ratahan, Ponosakan, dan Bantik.
        Penduduk Pendatang
Yang termasuk penduduk pendatang di Kota Manado, adalah orang asing seperti Portugis dan Spanyol yang keturunannya disebut orang Borgo Manado, Belanda yang disebut orang Endo Manado, Chines yang disebut orang Cina Manado, Arab yang disebut orang Arab Manado, Jepang serta India. Ada juga penduduk pendatang yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia, seperti dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Papua, dan lain-lain.
c.   Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup masyarakat Kota Manado, seperti perikanan darat dan laut, pertanian, peternakan, dan kerajinan. Namun rata-rata masyarakat Kota Manado mempunyai profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota TNI dan POLRI, Pengusaha dan Karyawan, Buruh, Sopir, Tukang, dan Pembantu.
d.  Pernikahan adat
Proses Pernikahan adat yang selama ini dilakukan di tanah Minahasa telah mengalami penyesuaian seiring dengan perkembangan jaman. Misalnya ketika proses perawatan calon pengantin serta acara "Posanan" (Pingitan) tidak lagi dilakukan sebulan sebelum perkawinan, tapi sehari sebelum perkawinan pada saat "Malam Gagaren" atau malam muda-mudi. Acara mandi di pancuran air saat ini jelas tidak dapat dilaksanakan lagi, karena tidak ada lagi pancuran air di kota-kota besar. Yang dapat dilakukan saat ini adalah mandi adat "Lumelek" (menginjak batu) dan "Bacoho" karena dilakukan di kamar mandi di rumah calon pengantin. Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan sekarang ini, semua acara / upacara perkawinan dipadatkan dan dilaksanakan dalam satu hari saja. Pagi hari memandikan pengantin, merias wajah, memakai busana pengantin, memakai mahkota dan topi pengantin untuk upacara "maso minta" (toki pintu). Siang hari kedua pengantin pergi ke catatan sipil atau Departemen Agama dan melaksanakan pengesahan/pemberkatan nikah (di Gereja), yang kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Pada acara in biasanya dilakukan upacara perkawinan ada, diikuti dengan acara melempar bunga tangan dan acara bebas tari-tarian dengan iringan musik tradisional, seperti tarian Maengket, Katrili, Polineis, diriringi Musik Bambu dan Musik Kolintang.
e.   Beberapa upacara adat suku Minahasa
1. Monondeaga
Upacara adat ini merupakan sebuah upacara adat yang biasa dilakukan oleh suku Minahasa terutama yang berdiam di daerah Bolaang Mongondow. Pelaksanaan upacara adat ini sendiri adalah untuk memperingati atau mengukuhkan seorang anak perempuan ketika memasuki masa pubertas yang ditandai dengan datangnya haid pertama. Secara garis besar, upacara adat ini dilakukan sebagai bentuk syukur dan sekaligus semacam uwar-uwar bahwa anak gadis dari orang yang melaksanakan upacara adat ini telah menginjak masa pubertas. Untuk itu, agar kecantikan dan kedewasaan sang anak gadis lebih mencorong, maka dalam upacara adat ini sang gadis kecil pun daun telinganya ditindik dan dipasangi anting-anting layaknya gadis yang mulai bersolek, kemudian gigi diratakan (dikedawung) sebagai pelengkap kecantikan dan tanda bahwa yang bersangkutan sudah dewasa.
2. Mupuk Im Bene
Sebenarnya upacara Mupuk Im Bene itu hakikatnya mirip dengan upacara syukuran selepas melaksanakan panen raya, seperti halnya yang lazim kita saksikan di pulau Jawa ketika menggelar acara mapag sri dan atau munjungan. Dan memang, esensi dari ritual ini sendiri adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas segala rizki yang mereka dapat, atau yang dalam bahasa setempat disebut dengan Pallen Pactio. Prosesi dari upacara adat ini adalah secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut: Masyarakat yang hendak melaksanakan upacara Mupuk Im Bene ini membawa sekarung padi bersama beberapa hasil bumi lainnya ke suatu tempat dimana upacara ini akan dilakanakan (biasanya di lapangan atau gereja) untuk didoakan. Kemudian selepas acara mendoakan hasil bumi ini selesai maka dilanjutkan dengan makan-makan bersama aneka jenis makanan yang sebelumnya telah disiapkan oleh ibu-ibu tiap rumah.
3. Metipu
Metipu merupakan sebuah upacara adat dari daerah Sangihe Talaud berupa penyembahan kepada Sang Pencipta alam semesta yang disebut Benggona Langi Duatan Saluran. Prosesi dari upacara adat ini adalah dengan membakar daun-daun dan akar-akar yang mewangi dan menimbulkan asap membumbung ke hadirat-Nya, sebagai bentuk permuliaan penduduk setempat terhadap pencipta-Nya.
4. Watu Pinawetengan
Kalimat atau istilah Musyawarah untuk mencapai kata mufakat dan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh ternyata bukan hanya monopoli beberapa kaum saja, dan tentu saja itu bukanlah isapan jempol yang tanpa makna. Suku minahasa pun memiliki satu upacara adat yang memang dilaksanakan untuk meneguhkan persatuan dan kesatuan anatar penduduknya. Upacara adat itu dalam suku Minahasa disebut dengan upacara Watu Pinawetengan. Konon berdasarkan cerita rakyat yang dipegang secara turun temurun, pada zaman dahulu terdapatlah sebuah batu besar yang disebut tumotowa yakni batu yang menjadi altar ritual sekaligus menandai berdirinya permukiman suatu komunitas. Dan konon lagi kegunaan dari batu tersebut merupakan batu tempat duduk para leluhur melakukan perundingan atau orang setempat menyebutnya Watu Rerumeran ne Empung. Dan memang, ketika Johann Gerard Friederich Riedel pada tahun 1888 melakukan penggalian di bukit Tonderukan, ternyata penggalian berhasil menemukan batu besar yang membujur dari timur ke barat. Batu tersebut merupakan tempat bagi para pemimpin upacara adat memberikan keputusan (dalam bentuk garis dan gambar yang dipahat pada batu) dalam hal membagi pokok pembicaraan, siapa yang harus bicara, serta cara beribadat.
Sementara inti dari upacara yang diselenggarakan di depan batu besar itu adalah wata’ esa ene yakni pernyataan tekad persatuan. Semua perwakilan kelompok etnis yang ada di Tanah Toar Lumimut mengantarkan bagian peta tanah Minahasa tempat tinggalnya dan meletakkan di bagian tengah panggung perhelatan. Diiringi musik instrumentalia kolintang, penegasan tekad itu disampaikan satu persatu perwakilan menggunakan pelbagai bahasa di Minahasa. Setelah tekad disampaikan mereka menghentakkan kaki ke tanah tiga kali. Pada penghujung acara para pelaku upacara bergandengan tangan membentuk lingkaran sembari menyanyikan Reranian: Royorz endo.


Provinsi Papua
  Suku Dani
  a.   Sejarah suku Dani
Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat / perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan “koteka” (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).
Nama Dani sendiri sebenarnya bermakna orang asing, yaitu berasal dari kata Ndani, tapi karena ada perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani saja. Suku Dani sendiri sebenarnya lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya dengan penghormatan mereka biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi.

  b.  Mata pencaharian masyarakat  suku Dani
Nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya .
Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu baru mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang.
Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berladang.
  c.   Pola hidup masyarakat
kehidupan masyarakat Dani memiliki ciriciri sebagai berikut :
– Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong
– Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin oleh seorang penata adat atau kepala suku
– Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial. Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap Kain dan memegang bidang sendiri & ndash; sendiri, mereka adalah : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik
Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat, pandai dan terhormat.
Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua tetapi masih mampu mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain : Pemeliharaan kebun dan Bahi, serta Melerai pertengkaran.
Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani : Pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.

  d.  Sistem Kekerabatan
Untuk sistem kekerabatan suku Dani mengenal tiga sistim yakni kelompok kekerabatan, paroh masyarakat dan kelompok territorial.
  ü  Kelompok kekerabatan
kelompok kekerabatan dari suku Dani yang terkecil adalah keluarga luas. Keluarga luas ini sendiri terdiri dari dua atau tiga keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu rumah besar yang menyerupai kompleks dengan sekat-sekat berupa pagar (lima) yang disebut slimo. Dalam sebuah desa di Suku Dani terdapat 4 hingga 5 slimo dengan delapan hingga sepuluh keluarga yang menghuni. Sistem pernikahan dari suku Dani adalah poligami dan beberapa diantaranya poligini. Menurut mitologi, suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar Moety).
 ü  Paroh Masyarakat
Struktur bermasyarakat Suku Dani merupakan gabungan dari beberapa klan kecil yang disebut ukul, dan klan besar yang disebut ukul oak.
 ü  Kelompok Teritorial
Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).

   e.   Pernikahan
Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang disebut silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar Moety). b. Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen besar) c. Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).

   f.     Adat Dan Budaya Suku Dani
Suku bangsa Dani adalah sebutan bagi penduduk yang tinggal di Lembah Baliem (Keturunan Moni, penduduk dataran tinggi Pinai, yang datang ke Lembah Baliem), yang memiliki luas sekitar 1.200 Km2.
Dani adalah orang asing yang awalnya berbunyi Ndani, setelah ada perubahan fenom “N” hilang menjadi Dani dan masuk ke pustaka etnografi.
Suku Dani lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya dengan penghormatan mereka biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi.
Bahasa Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu:
– Sub keluarga Wano
– Sub keluarga Dani Pusat yang terdri ataslogat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa.
– Sub keluarga Nggalik & ndash; Dugawa
Selain itu juga bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Irian (secara umum).


  g.  Tradisi Potong Jari


Banyak cara menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan. Namun berbeda dengan Suku Dani di Papua, mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.
Mengapa Jari Yang Di Potong ?
Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan. Alasan lainya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia. Tradisi Potong Jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari. Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah. Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.



Provinsi Sulawesi Selatan
Suku Kajang
a.   Sejarah Singkat Suku Kajang
Di tengah-tengah maraknya aksi pembalakan liar oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab akhir-akhir ini, melihat praktek hidup Suku Kajang—atau yang juga disebut masyarakat adat Ammatoa—dalam melestarikan kawasan hutannya seolah-olah memberi secercah harapan bagi kelestarian lingkungan alam. Masyarakat adat Ammatoa yang hidup di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengelola sumberdaya hutan secara lestari, meskipun secara geografis wilayahnya tidak jauh (sekitar 50 km) dari pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Hal ini disebabkan oleh hubungan masyarakat adat dengan lingkungan hutannya didasari atas pandangan hidup yang arif, yaitu memperlakukan hutan seperti seorang ibu yang harus dihormati dan dilindungi.
Gapura untuk memasuki kawasan adat Ammatoa Suku Kajang
Secara geografis dan ampertrative, masyarakat adat Kajang terbagi atas Kajang Dalam dan Kajang Luar. Masyarakat Adat Kajang Dalam tersebar di beberapa desa, antara lain Desa Tana Toa, Bonto Baji, Malleleng, Pattiroang, Batu Nilamung dan sebagian wilayah Desa Tambangan. Kawasan Masyarakat Adat Kajang Dalam secara keseluruhan berbatasan dengan Tuli di sebelah Utara, dengan Limba di sebelah Timur, dengan Seppa di sebelah Selatan, dan dengan Doro di sebelah Barat. Sedangkan Kajang Luar tersebar di amper seluruh Kecamatan Kajang dan beberapa desa di wilayah Kecamatan Bulukumba, di antaranya Desa Jojolo, Desa Tibona, Desa Bonto Minasa dan Desa Batu Lohe.
Namun, hanya masyarakat yang tinggal di kawasan Kajang Dalam yang masih sepenuhnya berpegang teguh kepada adat Ammatoa. Mereka memraktekkan cara hidup sangat sederhana dengan menolak segala sesuatu yang berbau teknologi. Bagi mereka, benda-benda teknologi dapat membawa dampak negatif bagi kehidupan mereka, karena bersifat merusak kelestarian sumber daya alam. Komunitas yang selalu mengenakan pakaian serba hitam inilah yang kemudian disebut sebagai masyarakat adat Ammatoa.
b.  Pernikahan
Masyarakat adat Kajang Ammatoa boleh menikah dengan sesama warga dalam kawasan adat maupun warga yang berada di luar kawasan adat tersebut dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.Prosedur pernikahan masyarakat adat Kajang Ammatoa dimulai dengan acara lamaran oleh wali pihak laki-laki kepada pihak perempuan, hal itu dikarenakan dalam silsilah keluarga garis keturunan menganut sistem Patrilinear yang mengikuti darah ayahnya. Dalam acara lamaran tersebut, wali perempuan menanyakan silsilah keturunan calon mempelai laki-laki kepada walinya.
Adapun mahar yang berikan berdasarkan silsilah keturunan yang mempunyai adat tersendiri yaitu :
Sunrang Tallu (3 ekor kerbau), Sunrang Kati (4 ekor kerbau), Sunrang Lima (5 ekor kerbau) dan Sunrang Tujuh (7 ekor kerbau). Dimana Sunrang tadi berarti mahar. Apabila mahar yang berupa Sunrang beberapa ekor kerbau, maka banyaknya uang telah terpahamkan oleh pihak laki-laki. Sedangkan mas kawin berupa Lima Tai’ (untuk keluarga keturunan pemangku adat) dan Empat Tai’ (untuk masyarakat biasa).
Setelah itu, maka ditentukanlah hari resepsi pernikahan. Rangkaian resepsi pernikahan selama 2 hari 2 malam dengan konsep yang berlandaskan adat istiadat dan budaya Kajang Ammatoa secara turun-temurun. Adapun baju adat yang digunakan pada saat pernikahan yaitu Baju Pokki’ (baju pendek). Setelah resepsi pernikahan dan akan nikah berlangsung, maka kedua mempelai sudah sah menjadi pasngan suami isteri. Hal yang paling penting untuk mereka jaga adalah “Harus mempertahankan Hak dan Keturunan”.
Mengenai kawin lari, kedua pihak diterima apabila telah memenuhi persyaratan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak dengan tetap menjadikan adat istiadat sebagai pedoman. Prosesi pernikahan pun sama dengan pernikahan seperti yang diterangkan di atas yaitu dari lamaran hingga resepsi pernikahan dan akhirnya sah menjadi pasangan suami isteri.Adapun simbol bahwa di suatu rumah telah diadakan acara pernikahan yaitu diikatkannya tanduk kerbau pada tiang dalam rumah mereka. Berapa pun jumlah tanduk yang diikat, sekian kali pula pada rumah tersebut telah diadakan pernikahan (Galla Pantama).

c.   Kematian
Apabila ada keluarga yang meninggal, maka salah seorang keluarga yang ditinggalkan melaporkan kepada Ammatoa atau kepada Ombo (isteri Ammatoa) apabila Ammatoa sedang tidak berada di rumah. Khusus kepada keluarga yang ditinggalkan tidak boleh menangisi kepergiannya. Adapun kuburannya bersifat tradisional dan menggunakan nisan yang terbuat dari kayu dengan cara dipahat. Setelah sepeninggalnya , keluarga yang ditinggalkan mengadakan acara :
1. Mappilo (meratap apabila ada keluarga yang meninggal). Akan tetapi jenazah baru boleh ditangisi pada saat setelah dikuburkan.
2. Pa’nganro (upacara keselamatan) dilaksanakan setelah tiga bulan meninggalnya.
3. Asse’re-se’re/ A’dunga’(berkumpul-kumpul) dilaksanakan selama 100 hari meninggalnya.
4. A’dangang selama 2 hari 2 malam, dilaksanakan setelah mengadakanAsse’re-se’re/ A’dunga’.
5. Andingingi yaitu tolak bala dengan meminta pertolongan kepadaTurie’a’ra’na (dilaksanakan 
setelah A’dangang).Andingingi juga kerap kali dilakukan pada acara-acara syukuran setelah musim panen, apabila ada musibah atau wabah penyakit (Galla Pantama).
Adapun teori Pasang adalah sebagai berikut :
ü  A’bulo Sibatang
ü  A’lemo Sibatu
ü  allang Sipahua
ü  Manyu Siparampe
ü  Mate Siroko
ü  Bunting Sipabasa
ü  Amminahang ri Ajang
Dimana kesemuanya itu bermakna sama yaitu gotong royong dan saling tolong menolong.
d.     Upacara Adat
Setiap usai panen mereka selalu menggelar upacara adat yang bertujuan sebagai ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta. Upacara adat yang disebut Rumatang ini dipimpin langsung oleh Ammatowa.Di sawah milik Ammatowa ini persiapan upacara Rumatang mulai dilakukan sejak pagi hari. Saat itu kaum wanita telah datang dan mulai memasak makanan di bawah gubuk milik Ammatowa. Berbagai jenis makanan khas Suku Kajang mulai dipersiapkan untuk keperluan upacara adat dan makan siang bersama.
Persiapan di tepi sawah ini dipimpin oleh seorang wanita tua yang telah mengetahui jenis makanan yang harusdipersiapkan untuk sesaji. Dibawah petunjuknya, kaum wanita mulai memasak berbagai jenis makanan, termasuk nasi dengan empat warna.Di saat kaum wanita sibuk mempersiapkan sesaji, kaum pria juga mulai mengikat padi hasil panen mereka menjadi ikatan-ikatan besar. Usai diikat, padi hasil panen ini dijemur di bawah terik matahari.Tengah hari, merupakan pertanda upacara harus dilangsungkan. Sebelum memulai upacara puncak, warga Suku Kajang berkumpul dibawah bilik untuk makan siang bersama.
Uniknya makan siang di tepi sawah ini mempunyai syarat tertentu. Nasi yang dipersiapkan harus dari beras hitam. Karena jenis beras inilah yang pertama kali dapat ditanam oleh leluhur mereka. Upacara makan siang dilanjutkan dengan meminumsejenis minuman keras khas Sulawesi Selatan yang disebut "ballo".
Semua kaum pria wajib meminum ballo dari gelas yang sama sebagai simbol persaudaraan.Usai makan siang, kaum pria ditugaskan untuk membawa padi yang telah diikat menuju ke desamereka. Padi mereka bawa dengan menggunakan sebilah kayu. Mereka berjalan menyusuri pematang sawah dengan menempuh jarak sekitar 10 kilometer. Namun beban berat dan berjalan jauh tidak mereka rasakan karena rasa senangakan hasil panen yang berlimpah.







KATA PENUTUP

Kesimpulan :
Agar kita mengerti keberagaman yang ada di Indonesia, kita harus menggali lebih banyak lagi tentang keberagaman yang ada di Indonesia. Kita bisa mencarinya dari beberapa sumber, misalnya dari internet, buku, majalah, atau koran.
Saran :
Dengan adanya makalah/kliping ini kami dapat menyarankan :
  ü  Selalu menjaga keberagaman di Indonesia agar tidak punah.
  ü  Mengembangkan budaya yang ada di Indonesia.
Dalam pembuatan buku kliping ini, kami menyelesaikan tugas PKn yang diberikan oleh Ibu Udi Sukma Handayani, Spd pada waktu yang telah ditentukan. Sekiranya bila terdapat kesalahan dalam melaksanakan tugas ini, kami meminta kritik dan saran agar kelak kami dapat membuat kliping dengan sebaik-baiknya agar sempurna. Atas perhatian, kami mengucapkan banyak terima kasih.
                                                                                                           


Daftar Pustaka
http://arsipbudayanusantara.blogspot.nl/2013/05/beberapa-upacara-adat-suku-minahasa.html
https://ekanopiyani.wordpress.com/2012/12/27/adat-dan-budaya-suku-dani/
http://dhiyaalfiyyahansar.blogspot.com/2013/04/suku-kajang.html
http://dhiyaalfiyyahansar.blogspot.com/2013/04/suku-kajang.html